Sering Pindah Kerja Itu Buruk? Mengungkap Keunikan Budaya Kerja di Jepang
Pindah Kerja di Jepang (Tenshoku): Memahami Budaya dari ‘Loyalitas Seumur Hidup’ hingga Tren Modern
Bagi para profesional dari Indonesia, budaya pindah kerja atau tenshoku (転職) di Jepang mungkin terasa sangat berbeda. Di saat banyak negara menganggap pindah kerja sebagai hal yang wajar untuk pengembangan karier, Jepang secara tradisional memiliki pandangan yang lebih hati-hati. Hal ini berakar dari sistem kerja dan nilai-nilai budaya yang unik.
Namun, seiring berjalannya waktu, pandangan ini mulai berubah. Artikel ini akan mengupas tuntas budaya pindah kerja di Jepang, mulai dari latar belakang tradisionalnya hingga tren yang berkembang saat ini.
Budaya Kerja Tradisional Jepang: Mengapa Pindah Kerja Dianggap ‘Aneh’?

Secara historis, ada beberapa pilar utama yang membuat orang Jepang jarang berpindah pekerjaan. Bagi orang asing, hal-hal ini mungkin terasa aneh.
1. Sistem Kerja Seumur Hidup (Shūshin Koyō)
Ini adalah sistem di mana seorang karyawan diharapkan untuk bekerja di satu perusahaan sejak lulus kuliah hingga pensiun. Sistem ini bertujuan untuk membangun hubungan saling percaya yang mendalam antara perusahaan dan karyawan, serta menciptakan stabilitas. Akibatnya, sering berpindah kerja dianggap sebagai tanda ketidakstabilan.
2. Senioritas di Atas Segalanya (Nenkō Joretsu)
Dalam sistem ini, gaji dan promosi sangat dipengaruhi oleh lamanya masa kerja di satu perusahaan, bukan hanya berdasarkan performa. Hal ini mendorong karyawan untuk tetap tinggal di satu perusahaan agar bisa “menunggu giliran” untuk naik jabatan dan gaji.
3. Perekrutan Massal Lulusan Baru (Shinsotsu Ikkatsu Saiyō)
Perusahaan Jepang secara tradisional lebih suka merekrut lulusan baru secara serentak dan melatih mereka dari nol sesuai dengan budaya perusahaan. Ini membuat pasar kerja bagi para profesional berpengalaman (perekrutan tengah karier) menjadi lebih sempit dibandingkan di negara lain.
4. Nilai-nilai Loyalitas dan “Giri/Ninjō”
Budaya Jepang sangat menekankan loyalitas dan kontribusi terhadap perusahaan. Ada juga konsep “Giri” (kewajiban sosial) dan “Ninjō” (rasa kemanusiaan/simpati) yang membuat seseorang merasa “tidak enak” untuk meninggalkan perusahaan yang telah membesarkannya atau atasan yang telah membantunya.
5. Hubungan Internal yang Kuat
Di tempat kerja Jepang, hubungan antar rekan kerja sering kali sangat erat, layaknya keluarga kedua. Ikatan dan rasa solidaritas “berjuang bersama” ini menjadi salah satu faktor emosional yang membuat banyak orang enggan untuk pindah kerja.
Perubahan di Era Modern: Tren Baru dalam Pindah Kerja

Meskipun budaya tradisional masih berpengaruh, lanskap kerja di Jepang kini sedang berubah dengan cepat.
- Pergeseran Pandangan: Globalisasi dan perubahan cara kerja membuat pandangan terhadap pindah kerja mulai berubah. Kini, semakin banyak perusahaan yang mulai memandang pengalaman kerja di berbagai tempat sebagai aset yang berharga, bukan lagi sebagai tanda ketidakstabilan.
- Fokus pada Keahlian: Sistem senioritas perlahan mulai terkikis dan digantikan oleh sistem berbasis performa dan keahlian. Ini mendorong para profesional untuk mencari tempat kerja di mana mereka bisa lebih mengembangkan potensi diri.
- Pasar Kerja yang Lebih Terbuka: Meskipun masih lebih kecil dibandingkan negara Barat, pasar kerja untuk para profesional berpengalaman terus berkembang, didukung oleh banyaknya situs pencari kerja dan agensi rekrutmen.
Apa Artinya Ini bagi Profesional Indonesia?
Memahami kedua sisi—tradisional dan modern—dari budaya kerja Jepang adalah kunci kesuksesan Anda.
- Hati-hati dengan “Job Hopping”: Sadarilah bahwa riwayat kerja yang menunjukkan Anda sering berpindah-pindah mungkin akan dipertanyakan lebih dalam dibandingkan di negara lain.
- Siapkan Narasi Karier yang Jelas: Jika Anda pindah kerja, pastikan Anda bisa menjelaskan alasannya sebagai sebuah langkah kemajuan karier yang logis, bukan karena Anda tidak betah.
- Manfaatkan Pengalaman Internasional Anda: Pengalaman dan perspektif Anda sebagai orang Indonesia adalah sebuah kelebihan. Tonjolkan hal ini sebagai aset yang berharga bagi perusahaan Jepang yang ingin berekspansi secara global.
Kesimpulan
Budaya pindah kerja di Jepang berada dalam masa transisi. Meskipun bayang-bayang sistem kerja seumur hidup dan senioritas masih terasa, kini nilai-nilai baru seperti pengembangan karier personal dan keragaman pengalaman mulai dihargai. Bagi para profesional dari Indonesia, memahami latar belakang budaya ini akan membantu Anda menavigasi dunia kerja di Jepang dengan lebih percaya diri dan strategis.